Senin, 06 Juni 2011

Kisah si Pencuri Kue


suatu hari seorang wanita sedang sedang menunggu di bandara. masih ada beberapa jam lagi sebelum jadwal terbangnya tiba. untuk menghabiskan waktu ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara lalu menemukan tempat untuk duduk. sambil duduk ia membaca buku yang baru saja dibelinya.

dalam keasikannya tersebut ia melihat seorang lelaki di sebelahnya dengan berani mengambil satu atau dua dari kue yang berada di antara mereka. wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan.

ia membaca, mengunyah kue, dan melihat jam. sementara si pencuri kue yang berani itu terus menghabiskan persediaannya. ia begitu kesal sementara menit-menit berlalu. wanita itu pun sempat berfikir kalau saja aku bukan orang baik sudah kutonjok dia! setiap ia mengambil satu kue, si lelaki juga mengambil satu. ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.

dengan senyum dan tawa di wajahnya dan tawa gugup, si lelaki mengambil kue terakhir dan membaginya menjadi dua. si lelaki menawarkan separuh miliknya, sementara ia makan yang separuhnya lagi. si wanita mengambil kue itu dan berpikir ya ampun orang ini berani sekali, ia juga kasar, dan malah tidak mengucapkan terimakasih. belum pernah ia rasanya begitu kesal.

Ia menghela nafas lega saat penerbangannya diumumkan. ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang. menolak untuk menoleh pada "si pencuri tak tahu terimakasih!". Ia naik pesawat dan duduk di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya.

Saat ia merogoh tasnya, ia menahan napas dengan kaget. Di situ ada kantong kuenya, didepan matanya. Lho kok kueku masih ada di sini, erangnya dengan patah hati. Jadi kue tadi memang adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi dengannya.

Terlambat untuk minta maaf, ia tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar, tak tahu terima kasih dan dialah pencuri kue itu. Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi sering terjadi. Kita sering berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri.
Serta tak jarang kita berprasangka buruk. Orang lainlah yang kasar, orang lainlah yang tak tahu diri, orang lainlah yang berdosa, orang lainlah yang salah. Padahal kita sendiri yang mencuri kue tadi, padahal kita sendiri yang tidak tahu.

3 komentar:

Sunar Indarto mengatakan...

Tulisan anda sungguh menginspirasi terimakasih. boleh saya mencopy nya

Sunar Indarto mengatakan...

Tulisan anda sungguh menginspirasi terimakasih. boleh saya mencopy nya

PRIO UNF mengatakan...

silakan... :)